ada beberapa cara dalam mendesign sirkulasi suatu bangunan. namun secara umum kita dapat membaginya menjadi 2 bagian yakni sirkulasi vertikal dan sirkulasi horizontal. sirkulasi vertikal artinya pergerakan antara ke atas dan ke bawah sedangkan sirkulasi horizontal yakni pergerakan antara muka ke belakang atau gerakan mendatar lainnya.
dalam suatu bangunan jalur sirkulasi menjadi elemen yang sangat penting dalam mempermudah sirkulasi manusia atau barang bergerak lain masuk dan keluar bangunan.
jalur sirkulasi dapat diletakkan pada bagian tepi, tengah atau saling silang antara keduanya. misalkan saja suatu bangunan sekolah didesain dengan menggunakan sirkulasi tepi bangunan yang mana selasar diletakkan pada bagian tepi ruangan sehingga jalur sirkulasi murid berada pada bagian tepi bangunan, yang ini dinamakan sirkulasi horisontal dengan letak di tepi bangunan.
pada suatu hotel, rumah sakit biasanya jalur sirkulasi berada pada bagian tengah bangunan atau saling silang. lain halnya dengan apartemen yang biasanya menggunakan sirkulasi vertikal menggunakan lift yang diletakkan pada bagian core atau inti bangunan yang massive.
Friday, September 26, 2008
Thursday, September 25, 2008
Elemen Penguat Visual dalam Arsitektur
dalam mendesain suatu objek bangunan kita harus memberikan perkuatan pada bidang yang kita rancang. katakan saja dalam merancang suatu gedung, akankah kita merancang gedung yang hanya berbentuk pejal atau masive tanpa adanya elemen lain yang lebih memperindah bentukan bangunan ? tentu tidak.
sekarang kita ambil contoh saja merancang elemen vertikal seperti dinding. pada suatu bidang dinding kita dapat mengolah bentukan bukaan seperti jendela, ventilasi, pintu, atau lain sebagainya dengan berbagai cara.
misalnya dalam merancang jendela kita harus lebih mengolah posisi, bentukan ataupun pencahayaan agar cahaya matahari dapat masuk kedalam ruangan walaupun tidah terlalu banyak intensitasnya. mungkin kita meletakkan jendela agak sedikit kedalam dinding bangunan atau kita memberika kanopi atau bisa pula kita letakkan sunshading pada bagian atasnya agar panas pada siang atau sore hari tidak terlalu besar juga jika hujan tidak masuk kedalam ruangan. dan masih banyak lagi yang perlu kita lakukan untuk mengolah fasade bangunan menjadi lebih cantik dan indah. misalnya memberikan corak warna sebagai penguat pada tampak bangunan, semakin gelap warna maka memberikan kesan kokoh pada bangunan tersebut demikian pula sebaliknya.
sekian artikel saya semoga bermanfaat.
lihat juga : http://borneo-archi.blog.friendster.com
email : edward_smoeda@yahoo.com
azwardfans@dewa19.com
sekarang kita ambil contoh saja merancang elemen vertikal seperti dinding. pada suatu bidang dinding kita dapat mengolah bentukan bukaan seperti jendela, ventilasi, pintu, atau lain sebagainya dengan berbagai cara.
misalnya dalam merancang jendela kita harus lebih mengolah posisi, bentukan ataupun pencahayaan agar cahaya matahari dapat masuk kedalam ruangan walaupun tidah terlalu banyak intensitasnya. mungkin kita meletakkan jendela agak sedikit kedalam dinding bangunan atau kita memberika kanopi atau bisa pula kita letakkan sunshading pada bagian atasnya agar panas pada siang atau sore hari tidak terlalu besar juga jika hujan tidak masuk kedalam ruangan. dan masih banyak lagi yang perlu kita lakukan untuk mengolah fasade bangunan menjadi lebih cantik dan indah. misalnya memberikan corak warna sebagai penguat pada tampak bangunan, semakin gelap warna maka memberikan kesan kokoh pada bangunan tersebut demikian pula sebaliknya.
sekian artikel saya semoga bermanfaat.
lihat juga : http://borneo-archi.blog.friendster.com
email : edward_smoeda@yahoo.com
azwardfans@dewa19.com
Saturday, September 20, 2008
Struktur Bawah Tanah di Wilayah Berawa.
Banyak di wilayah Indonesia bagian timur termasuk di Kalimantan bagian selatan memiliki keadaan tanah yang labil atau memiliki tingkat penyerapan air yang besar. contohnya saja di wilayah Banjarmasin, letak topografi daratan yang lebih rendah dari permukaan laut kurang lebih 1,50 m dari permukaan laut, menyebabkan Banjarmasin memiliki tanah yang sebagian besar digenangi air atau daerah berawa.
para ahli struktur di wilayah ini berusaha keras untuk menghasilkan kekuatan struktur bawah perkuatan tanah dengan menggunakan PONDASI PANCANG GALAM. Mungkin buat anda yang berada di luar pulau kalimantan atau yang belum terbiasa merancang bangunan dengan menggunakan kayu galam akan terasa asing. Why ? karena sebagian besar wilayah di Indonesia terdiri dari tanah keras. jangan salah! karena penguasaan terhadap struktur pondasi di wilayah berawa harus juga kita ketahui..
berdasarkan pembelajaran di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin tepatnya jur. Tek. Arsitektur menjelaskan bahwa teknik yang digunakan adalah teknik struktur panggung. dikatakan struktur panggung karena bangunan ditopang oleh tongkat - tongkat ulin berukuran 10/10 dengan jarak 1 meter di atas permukaan tanah yang berair. maka hal ini dikatakan sebagai struktur panggung. dimana tongkat bertumpu pada kayu-kayu galam dengan diameter 10 sampai dengan 12 cm dengan panjang 4 meter untuk bangunan bertingkat dan 3 - 4 meter untuk 1 tingkat. dan apabila diuraikan dari bawah sampai keatas maka bangunan bertumpu pada galam, lapik ( balok kayu ukuran 5/10 yang memberikan gaya ke kayu galam ), sunduk, lalu tongkat ulin, gelagar, usuk, papan ulin, lalu dilapis dengan pelapis lantai sampai dengan ke atap. dan masih banyak lagi yang harus dibahas dalam struktur pondasi tanah rawa. agar lebih jelasnya anda bisa menghubungi di email atau blog ini.
para ahli struktur di wilayah ini berusaha keras untuk menghasilkan kekuatan struktur bawah perkuatan tanah dengan menggunakan PONDASI PANCANG GALAM. Mungkin buat anda yang berada di luar pulau kalimantan atau yang belum terbiasa merancang bangunan dengan menggunakan kayu galam akan terasa asing. Why ? karena sebagian besar wilayah di Indonesia terdiri dari tanah keras. jangan salah! karena penguasaan terhadap struktur pondasi di wilayah berawa harus juga kita ketahui..
berdasarkan pembelajaran di Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin tepatnya jur. Tek. Arsitektur menjelaskan bahwa teknik yang digunakan adalah teknik struktur panggung. dikatakan struktur panggung karena bangunan ditopang oleh tongkat - tongkat ulin berukuran 10/10 dengan jarak 1 meter di atas permukaan tanah yang berair. maka hal ini dikatakan sebagai struktur panggung. dimana tongkat bertumpu pada kayu-kayu galam dengan diameter 10 sampai dengan 12 cm dengan panjang 4 meter untuk bangunan bertingkat dan 3 - 4 meter untuk 1 tingkat. dan apabila diuraikan dari bawah sampai keatas maka bangunan bertumpu pada galam, lapik ( balok kayu ukuran 5/10 yang memberikan gaya ke kayu galam ), sunduk, lalu tongkat ulin, gelagar, usuk, papan ulin, lalu dilapis dengan pelapis lantai sampai dengan ke atap. dan masih banyak lagi yang harus dibahas dalam struktur pondasi tanah rawa. agar lebih jelasnya anda bisa menghubungi di email atau blog ini.
Subscribe to:
Posts (Atom)