Sunday, November 28, 2010
Balikpapan - Penajam Bridge at East Kalimantan
Rencana pembangunan Jembatan Penajam Paser Utara (PPU) – Balikpapan mendapat dukungan sepenuhnya dari pemerintah kota Balikpapan. Jembatan yang bakal menjadi jembatan terpanjang dan termegah di Kalimantan ini merupakan jembatan Trans-Kalimantan yang bisa menghubungkan Samarinda, Balikpapan, Penajam Paser Utara, Pasir serta sejumlah daerah lainya yang ada di Kaltim.
Jembatan ini diperkirakan menelan anggaran sekitar Rp 4 triliun dengan panjang sekitar 4 kilometer. “Intinya wali kota mendukung rencana pembangunan jembatan Balikpapan–PPU ini, karena manfaatnya cukup besar bagi perkembangan ekonomi masyarakat kedua daerah,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Drs H Suryanto MM menjawab Metro seusai mengikuti rapat evaluasi mingguan (coffee morning) di aula pemkot, Senin (22/2) kemarin.
Menurut Suryanto, ide pembangunan jembatan Balikpapan-PPU ini diutarakan Bupati Penajam Paser Utara (PPU) H Andi Harahap Ssos, yang telah disampaikan pada Pemkot Balikpapan. “Wali kota H Imdaad Hamid telah membalas surat Bupati PPU terkait dukungan terhadap pembangunan jembatan Balikpapan–PPU ini,” terangnya.
Menurut dia, intinya Pemkot Balikpapan tidak menolak rencana pembangunan jembatan Balikpapan–PPU, tapi dengan catatan tidak mengganggu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Balikpapan, tentang pembangunan kawasan pesisir pantai Balikpapan yang akan dikembangkan sebagai down town kota Balikpapan.
“Down kota ini adalah kawasan pusat kota yang yang berfungsi mendukung sejumlah gedung-gedung besar di Balikpapan,. seperti shopping mall, hotel, retail modern, apartemen hinggga civic center,” jelasnya.
Sampai saat ini kata dia, belum ada kesepakatan antara Pemkot Balikpapan dan Pemkab PPU, tentang titik pembangunan jembatan karena butuh kajian yang cukup mendalam, sehingga dapat menguntungkan bagi masyarakat PPU dan Balikpapan.
Mengenai anggaran jembatan Balikpapan–PPU ini , akan dialokasikan melalui anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Pasalnya, jembatan ini merupakan jembatan trans-Kalimantan yang menghubungkan sejumlah daerah tingkat dua yang ada di Kaltim.(vie)
Friday, October 22, 2010
Sepinggan International Airport Balikpapan
Past
Present
Future
Pra Kemerdekaan
Digunakan untuk kegiatan perusahaan minyak Belanda (BPM).
Tahun 1960
Diserahkan operasionalnya ke Jawatan Penerbangan Sipil, selanjutnya disebut Direktorat Jendral Perhubungan Udara.
Tahun 1987
Sesuai PP no. 1 tahun 1987 tanggal 9 Januari 1987 pengelolaan Bandara dialihkan ke Perum Angkasa Pura I.
Tahun 1991 s/d 1994
Pelaksanaan proyek pengembangan Fasilitas Bandar Udara dan Keselamatan Penerbangan tahap I, untuk pekerjaan fisik terdiri dari: landasan pacu (Runway), landasan hubung (taxy way), apron, terminal penumpang dan terminal barang, serta fasilitas penunjang keselamatan penerbangan.
Tahun 1992
Sesuai Peraturan Pemerintah PP. No. 5 tahun 1992 tanggal 4 Pebruari 1992, perubahan status dari Perusahaan Umum Angkasa Pura I menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura I.
Tahun 1993
Tanggal 20 Agustus 1993 uji coba pengoperasian (shadow operation) Bandara Sepinggan yang baru (new airport) Pada tanggal 6 September 1993 pengoperasian secara penuh (Full Operation) Bandara Sepinggan yang baru di Jl. Marsma. R. Iswahyudi Balikpapan.
Tahun 1995
Bandar Udara Sepinggan Balikpapan ditetapkan sebagai Bandar Udara Embarkasi Haji yang ke V, yang meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Tahun 1996
Penganugerahan Piagam Penghargaan "Abdi Satya Bhakti" kepada Bandar Udara Sepinggan dari Presiden RI atas prestasinya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.
Tahun 1996 s/d 1997
Pelaksanaan proyek pengembangan Fasilitas Bandar Udara dan Keselamatan Penerbangan tahap II, untuk pekerjaan fisik terdiri dari: hanggar, depot pengisian bahan bakar pesawat udata (DPPU) dan gedung administrasi.
The Facilities :
1. Aerodrome Location Indicator And Namen
WALL - Balikpapan / Sepinggan
2. Apron, Taxiways And Check Location Data
Apron Surface And Strength
Apron Fix Wing : 110 X 709.50 : 78045 M2, rigit pavement
Apron Rotary Wing : 23335 M2 flexible asphalt
Helipad Taxi And Fillet : 2091 M2, flexible asphalt
Gse 43 X 60 : 2580 M2, flexible asphalt
Strength : Pcn/63/Rcxu
Apron Surface : Pavement
3. Runway Physical Characteristics
Designations RWY NR : 07 - 25
4. Handling Service And Facilities
Cargo Handling Facilities : Forklift, Truck, GSE And Warehouse
Fuel / Oil / Type : AVIGAS DPBU for actual, AVTUR, ASW 100
Fuelling Facilities / Capacity : Refueller
De - Icing Facilities : Hangar A (2) - Dimension : 42 X 42 M , For F 28 To B 737
Hangar Space For Visiting Acft : Hangar B (6) - Dimension : 28 X 26 M , For Helicopter To C 212
Repair Facilities For Visiting Acft : Hangar A, B : - Crane And Compressor
Present
Future
Pra Kemerdekaan
Digunakan untuk kegiatan perusahaan minyak Belanda (BPM).
Tahun 1960
Diserahkan operasionalnya ke Jawatan Penerbangan Sipil, selanjutnya disebut Direktorat Jendral Perhubungan Udara.
Tahun 1987
Sesuai PP no. 1 tahun 1987 tanggal 9 Januari 1987 pengelolaan Bandara dialihkan ke Perum Angkasa Pura I.
Tahun 1991 s/d 1994
Pelaksanaan proyek pengembangan Fasilitas Bandar Udara dan Keselamatan Penerbangan tahap I, untuk pekerjaan fisik terdiri dari: landasan pacu (Runway), landasan hubung (taxy way), apron, terminal penumpang dan terminal barang, serta fasilitas penunjang keselamatan penerbangan.
Tahun 1992
Sesuai Peraturan Pemerintah PP. No. 5 tahun 1992 tanggal 4 Pebruari 1992, perubahan status dari Perusahaan Umum Angkasa Pura I menjadi PT. (Persero) Angkasa Pura I.
Tahun 1993
Tanggal 20 Agustus 1993 uji coba pengoperasian (shadow operation) Bandara Sepinggan yang baru (new airport) Pada tanggal 6 September 1993 pengoperasian secara penuh (Full Operation) Bandara Sepinggan yang baru di Jl. Marsma. R. Iswahyudi Balikpapan.
Tahun 1995
Bandar Udara Sepinggan Balikpapan ditetapkan sebagai Bandar Udara Embarkasi Haji yang ke V, yang meliputi Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
Tahun 1996
Penganugerahan Piagam Penghargaan "Abdi Satya Bhakti" kepada Bandar Udara Sepinggan dari Presiden RI atas prestasinya dalam memberi pelayanan kepada masyarakat.
Tahun 1996 s/d 1997
Pelaksanaan proyek pengembangan Fasilitas Bandar Udara dan Keselamatan Penerbangan tahap II, untuk pekerjaan fisik terdiri dari: hanggar, depot pengisian bahan bakar pesawat udata (DPPU) dan gedung administrasi.
The Facilities :
1. Aerodrome Location Indicator And Namen
WALL - Balikpapan / Sepinggan
2. Apron, Taxiways And Check Location Data
Apron Surface And Strength
Apron Fix Wing : 110 X 709.50 : 78045 M2, rigit pavement
Apron Rotary Wing : 23335 M2 flexible asphalt
Helipad Taxi And Fillet : 2091 M2, flexible asphalt
Gse 43 X 60 : 2580 M2, flexible asphalt
Strength : Pcn/63/Rcxu
Apron Surface : Pavement
3. Runway Physical Characteristics
Designations RWY NR : 07 - 25
4. Handling Service And Facilities
Cargo Handling Facilities : Forklift, Truck, GSE And Warehouse
Fuel / Oil / Type : AVIGAS DPBU for actual, AVTUR, ASW 100
Fuelling Facilities / Capacity : Refueller
De - Icing Facilities : Hangar A (2) - Dimension : 42 X 42 M , For F 28 To B 737
Hangar Space For Visiting Acft : Hangar B (6) - Dimension : 28 X 26 M , For Helicopter To C 212
Repair Facilities For Visiting Acft : Hangar A, B : - Crane And Compressor
Friday, March 5, 2010
Suramadu Bridge
JAWA TIMUR kini tengah melaksanakan pekerjaan besar, pembangunan Jembatan Surabaya-Madura (Suramadu). Jembatan modern yang nantinya bisa menjadi ikon serta landmark yang membanggakan. Jembatan Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan Surabaya di Jawa dan kota Bangkalan di Madura. Keberadaan jembatan ini akan memperlancar lalu lintas barang dan jasa. Jembatan sepanjang 5,4 kilometer itu akan menjadi pembangkit perubahan bagi Madura. Bagaimana gagasan pembanganan Jembatan Suramadu bermula, kita perlu menengok sejarahnya.
Di tahun 1960-an, Prof. Dr. Sedyatmo (alm) mengusulkan sebuah ide mengenai hubungan langsung antara pulau Sumatera dan Jawa. Sebuah ide dan teroboson 'berani' di zaman itu. Ide itu ternyata mendapat respon. Sebagai tindak lanjut, tahun 1965 dibuatlah uji coba desain (jembatan Sumatera-Jawa (Jembatan Selat Sunda) yang dibuat di Institut Teknologi Bandung (ITB). Gagasan dan konsep-konsep pengembangan jembatan antar pulau selanjutnya disampaikanlah kepada Presiden RI Soeharto awal Juni 1986.
Bulan Februari 1986, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) bertemu dengan delegasi dari perusahaan perdagangan Jepang. Kemungkinan kerjasama proyek-proyek di Indonesia pun dibahas. Gayung pun bersambut. Para delegasi Jepang tersebut menyatakan memberi angin positif untuk kerjasama dalam proyek hubungan langsung Jawa-Sumatera-Bali.
Pemerintah Indonesia juga semakin bersemangat melakukan persiapan. Atas dasar konsep-konsep dari Prof. Sedyatmo, Juni 1986, Presiden Soeharto menunjuk Menteri Negara Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Penerapan dan Pengkajian Teknologi (BPPT) BJ Habibie. Kajian awal kemungkinan hubungan langsung antarpulau Sumatera-Jawa-Bali pun dilakukan.
Proyek ini diberi nama Tri Nusa Bima Sakti. BPPT diberi tugas melakukan studi terkait dengan kondisi alam, sedangkan Departemen Pekerjaan Umum (DPU) melakukan studi tentang sosio-ekonomi dan implementasi. Di waktu yang sama, delegasi Jepang yang dipimpin Dr. Ibukiyama datang ke Indonesia untuk melakukan kajian awal. (JIF), sebuah forum kerjasama yang dibentuk perusahaan swasta Jepang dan BPPT mengusulkan untuk menyelanggarakan seminar di Jakarta sebagai usaha mempromosikan proyek Trinusa Bima Sakti. Seminar dengan judul "Japan-Indonesia Seminar on Large Scale Bridges and Under Sea Tunnel" dilaksanakan di Jakarta, 21-24 Japan-IndonesiaScience and Technoloy Forum September 1986. Seminar tersebut kemudian dilanjutkan dengan serangkaian studi pendahuluan hingga tahun 1989. Karena studi tersebut mencakup hubungan tiga pulau atau lebih, nama proyek disempurnakan menjadi "Proyek Tr i Nusa Bima S a k t i dan Penyeberangan Utama". Dari kajian-kajian yang dilakukan, yang dianggap layak untuk segera diimplementasikan adalah hubungan langsung Jawa-Madura/ Bali.
Waktu terus bergulir. Departemen Pekerjaan Umum (DPU) dan BPPT, Desember 1986, secara terpisah menyampaikan proposal terkait proyek Tri Nusa Bima Sakti kepada Bappenas dan Sekretariat Kabinet (Setkab). Di saat yang sama, hasil kajian yang dipimpin oleh Dr. Ibukiyama juga dikirimkan ke Bappenas dan Setkab.
Tujuh bulan kemudian, dalam rapat tahunan JIF yang membahas kerjasama teknik, perwakilan dari Jepang menyetujui mengirimkan dua tenaga ahli, yaitu ahli Geologi dan ahli Vulkanologi. Mereka bertugas membantu BPPT melakukan kajian tentang kondisi alam. Sementara untuk studi sosio-ekonomi dan implementasi, DPU dibantu seorang ahli bidang Perencanaan Transportasi dan Rekayasa Jembatan/ Terowongan. Dalam perjalanan waktu, muncul kendala dalam pengadaan tanaga ahli Geologi untuk jangka panjang. Delegasi Jepang (Kementerian Trasportasi) mengusulkan pemikiran di mana survei geologi dilaksanakan setelah didapat hasil kajian tentang prospek perencanaan transportasi dan perencanaan konstruksi jembatan/ terowongan.
Tindak lanjutnya, Juli 1988, Mr. Furuya Nobuaki, ahli transportasi dan rekayasa jembatan/ terowongan dari Badan Otorita Jembatan Honshu-Shikoku mulai berkantor di DPU. Kemudian bulan Oktober 1988, Mr. Kobayashi, ahli dari Perusahaan Umum Pembangunan Jaringan Kereta Api Jepang menginjakkan kaki di BPPT.
Selanjutnya, Desember 1988, dilakukan kesepakatan antara DPU dan BPPT tentang kajian bagi proyek tersebut. DPU bertanggung jawab melaksanakan studi sosio-ekonomi, termasuk di dalamnya estimasi kebutuhan lalulintas, sambil melakukan kemitraan dengan instansi lain. Sedangkan BPPT bertugas melaksanakan studi pengembangan teknik dan kondisi alam. Dari kesepakatan itu, sebuah komite akan dibentuk agar pelaksanaan studistudi tersebut berjalan efektif.
Wednesday, February 24, 2010
Indonesia World Cup 2022
Bulan Januari 2009 Football Association of Indonesia menegaskan niat mereka mengajukan tawaran untuk 2018 dan Piala Dunia FIFA 2022. Menteri olahraga Indonesia secara resmi mengumumkan dukungan pemerintah untuk tawaran.
Pada Februari 2009 Asosiasi Sepak Bola Indonesia meluncurkan "Hijau Piala Dunia Indonesia 2022" kampanye. Kampanye ini mencakup $ 1 Milyar rencana untuk meng-upgrade infrastruktur pendukung di samping stadion untuk memenuhi persyaratan FIFA WC. Dana untuk membangun stadion akan datang bentuk pemerintah daerah.
Dalam presentasi kampanye, presiden FA Indonesia, Nurdin Halid mengatakan dia yakin Indonesia berdiri kesempatan untuk memenangkan persetujuan FIFA untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, walaupun relatif lebih miskin infrastruktur, ditambah dengan kualitas rendah tim nasional dibandingkan dengan calon lainnya. Dia mengatakan Indonesia telah mengusulkan "Hijau Piala Dunia 2022", berharap untuk memanfaatkan saat ini hijau dan gerakan pemanasan global di seluruh dunia. "Kami laju deforestasi telah menyumbang banyak polusi dunia. Dengan hosting Piala Dunia, kami ingin membangun infrastruktur dan fasilitas yang ramah lingkungan sehingga kita dapat memberikan lebih banyak ke planet," katanya.
Sebelumnya Indonesia telah membuat sejarah Piala Dunia. Menjadi negara Asia pertama yang bermain di Piala Dunia, pada turnamen tahun 1938 di Perancis di bawah nama kolonial Hindia Belanda. Tim kalah 6-0 untuk akhirnya runner-up Hungaria dalam pertandingan putaran pertama di Reims.
Selain Gelora Bung Karno, Jakabaring, Jalak Harupat, Palaran dan Lagaligo yang puas FIFA kapasitas minimum 40.000 untuk pertandingan Piala Dunia , Indonesia akan membangun sekurang-kurangnya 10 stadion internasional baru untuk memenuhi kebutuhan Piala Dunia direncanakan akan selesai pada tahun 2015.
Meskipun tim saat ini sedang No 144 dalam Peringkat Dunia FIFA, Indonesia memenuhi salah satu persyaratan utama hosting di dunia olahraga yang paling banyak disaksikan event - itu memiliki stadion yang mampu menahan setidaknya 80.000 penonton untuk pertandingan pembukaan dan final. Hal-hal lain adalah bahwa Indonesia dikenal oleh para penggemar fanatik terus bernyanyi dan menari di teras selama 90 menit untuk mendukung tim sepak bola mereka.
Indonesia memiliki pengalaman sebagai tuan rumah Piala Asia AFC 2007
Beberapa Stadion yang telah direncanakan sebagai perhelatan Piala Dunia di Indonesia
Stadion yang direncanakan akan dibangun Di Bogor
Stadion yang direncanakan akan dibangun di Tangerang
Stadion Gede Bage Bandung yang saat ini sedang dikerjakan
Stadion Persiba Balikpapan salah satu stadion yang akan dipakai di Piala Dunia 2022
Stadion yang akan di Bangun di Indonesia
Stadion Bae di Kudus
Stadion di Gianyar
Stadion di Surabaya
The Great Stadium In WORLD CUP 2010 SOUTH AFRICA
Tidak lama lagi perhelatan sepakbola Terbesar yang diikuti 32 kontestan negara di seluruh dunia akan diselenggarakan oleh negara Afrika Selatan sebagai tuan rumah pada bulan juni 2010. Persiapan - persiapan termasuk renovasi stadion, pembangunan stadion gencar dilaksanakan. Pembangunan stadion dengan kapasitas dari 40.000 hingga 60.000 tidak menelan biaya yang murah, dengan arsitektur modern Afrika Selatan mampu untuk membiayai semua keperluan untuk memeriahkan PIALA DUNIA 2010 nanti.
Beberapa tempat yang akan digunakan sebagai perhelatan Piala Dunia 2010
KINGS PARK STADIUM
City : Durban
Capacity : 60.000
ELLIS PARK STADIUM
City : Johannesberg
Capacity : 60.000
SOCCER CITY
City : Johannesburg
Capacity : 97.700
NEWLANDS
City : Capetown
Capacity : 40.000
LOFTUS VERSFELD
City : Pretoria
Capacity : 45.000
FREE STATE STADIUM
City : Bloemfoentein
Capacity : 40.000
RAINBOW JUNCTION
City : Pretoria
Capacity : 41.000
PORT ELIZABETH
City : Port Elizabeth
Capacity : 49.500
ROYAL BAFOKENG
City : Rustenberg
Capacity : 40.000
OPPENHEIMER
City : Orkney
Capacity : 40.000
KIMBERLY STADIUM
City : Kimberly
Capacity : 40.000
MBOMBELA STADIUM
City : Nelspruit
Capacity : 40.000
PETER MOKABA STADIUM
City : Polowane
Capacity : 40.000
Green Roof ( Atap Hijau )
Atap hijau adalah atap dari sebuah gedung yang sebagian atau seluruhnya ditutupi dengan vegetasi dan menengah yang tumbuh, ditanam di atas Waterproofing membran. It may also include additional layers such as a root barrier and drainage and irrigation systems. Mungkin juga termasuk lapisan tambahan seperti akar penghalang dan drainase dan sistem irigasi. (The use of “green” refers to the growing trend of environmentally friendly and does not refer to roofs which are merely colored green, as with green roof tiles or roof shingles .) (Penggunaan "hijau" mengacu pada tren yang ramah lingkungan dan tidak mengacu pada atap yang hanya berwarna hijau, seperti hijau genteng atau atap sirap.)
Container gardens on roofs, where plants are maintained in pots, are not generally considered to be true green roofs, although this is an area of debate. Wadah taman di atas atap, di mana tanaman dipelihara dalam pot, umumnya tidak dianggap sebagai atap hijau benar, meskipun ini adalah wilayah perdebatan. Rooftop ponds are another form of green roofs which are used to treat greywater . Atap kolam adalah bentuk lain dari atap hijau yang digunakan untuk mengobati greywater.
Also known as “living roofs”, green roofs serve several purposes for a building, such as absorbing rainwater, providing insulation, creating a habitat for wildlife, and helping to lower urban air temperatures and combat the heat island effect . Juga dikenal sebagai "atap yang hidup", atap hijau melayani beberapa tujuan untuk bangunan, seperti menyerap air hujan, menyediakan isolasi, menciptakan habitat satwa liar, dan membantu untuk menurunkan suhu udara perkotaan dan melawan efek pulau panas. There are two types of green roofs: intensive roofs, which are thicker and can support a wider variety of plants but are heavier and require more maintenance, and extensive roofs, which are covered in a light layer of vegetation and are lighter than an intensive green roof . Ada dua jenis atap hijau: intensif atap, yang lebih tebal dan dapat mendukung lebih banyak jenis tanaman, tetapi lebih berat dan memerlukan lebih banyak perawatan, dan luas atap, yang tercakup dalam lapisan cahaya vegetasi dan lebih ringan daripada hijau intensif atap.
The term green roof may also be used to indicate roofs that use some form of "green" technology, such as a cool roof , a roof with solar thermal collectors or photovoltaic modules . Istilah atap hijau juga dapat digunakan untuk menunjukkan atap yang menggunakan beberapa bentuk "hijau" teknologi, seperti atap dingin, atap dengan kolektor panas matahari atau modul fotovoltaik. Green roofs are also referred to as eco-roofs , oikosteges , vegetated roofs , living roofs , and greenroofs . Atap hijau juga disebut sebagai eco-atap, oikosteges, tumbuhan atap, tinggal atap, dan greenroofs.
Atap hijau adalah atap dari sebuah gedung yang sebagian atau seluruhnya ditutupi dengan vegetasi dan menengah yang tumbuh, ditanam di atas Waterproofing membran. It may also include additional layers such as a root barrier and drainage and irrigation systems. Mungkin juga termasuk lapisan tambahan seperti akar penghalang dan drainase dan sistem irigasi. (The use of “green” refers to the growing trend of environmentally friendly and does not refer to roofs which are merely colored green, as with green roof tiles or roof shingles .) (Penggunaan "hijau" mengacu pada tren yang ramah lingkungan dan tidak mengacu pada atap yang hanya berwarna hijau, seperti hijau genteng atau atap sirap.)
Container gardens on roofs, where plants are maintained in pots, are not generally considered to be true green roofs, although this is an area of debate. Wadah taman di atas atap, di mana tanaman dipelihara dalam pot, umumnya tidak dianggap sebagai atap hijau benar, meskipun ini adalah wilayah perdebatan. Rooftop ponds are another form of green roofs which are used to treat greywater . Atap kolam adalah bentuk lain dari atap hijau yang digunakan untuk mengobati greywater.
Also known as “living roofs”, green roofs serve several purposes for a building, such as absorbing rainwater, providing insulation, creating a habitat for wildlife, and helping to lower urban air temperatures and combat the heat island effect . Juga dikenal sebagai "atap yang hidup", atap hijau melayani beberapa tujuan untuk bangunan, seperti menyerap air hujan, menyediakan isolasi, menciptakan habitat satwa liar, dan membantu untuk menurunkan suhu udara perkotaan dan melawan efek pulau panas. There are two types of green roofs: intensive roofs, which are thicker and can support a wider variety of plants but are heavier and require more maintenance, and extensive roofs, which are covered in a light layer of vegetation and are lighter than an intensive green roof . Ada dua jenis atap hijau: intensif atap, yang lebih tebal dan dapat mendukung lebih banyak jenis tanaman, tetapi lebih berat dan memerlukan lebih banyak perawatan, dan luas atap, yang tercakup dalam lapisan cahaya vegetasi dan lebih ringan daripada hijau intensif atap.
The term green roof may also be used to indicate roofs that use some form of "green" technology, such as a cool roof , a roof with solar thermal collectors or photovoltaic modules . Istilah atap hijau juga dapat digunakan untuk menunjukkan atap yang menggunakan beberapa bentuk "hijau" teknologi, seperti atap dingin, atap dengan kolektor panas matahari atau modul fotovoltaik. Green roofs are also referred to as eco-roofs , oikosteges , vegetated roofs , living roofs , and greenroofs . Atap hijau juga disebut sebagai eco-atap, oikosteges, tumbuhan atap, tinggal atap, dan greenroofs.
Subscribe to:
Posts (Atom)